
Serangan terhadap kedutaan di Suriah disusul meninggalnya presiden dalam kecelakaan pewasat serta jenderal tinggi pasukan khusus Iran menjadi di antara fakta dalam peran orang-orang dengan garis keturunan identik dengan kenabian.
Menjadi bagian dari keturunan Nabi Mulia yaitu Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam, bukan saja tidak akan lolos dari berbagai alasan kematian, akan tetapi justru caranya tidak sebagaimana dipersepsikan orang-orang kebanyakan.
Sudah menjadi logis dan rasional, orang dengan garis keturunan penuh kemuliaan mengalami kehidupan juga mulia, namun tidak sepenuhnya ternyata di dunia.
Stereotip Syiah tidak menjadikan para Habib dalam penggelaran masyarakat di Indonesia lantas merubah perlakuan terhadap mereka. Orang-orang Iran tersebut mengalami kondisi berupa kecelakaan bahkan serangan yang menyebabkan kematian.
Sejarah menunjukkan bahwa sebenarnya kejadian yang dialami para manusia dengan garis keturunan mulia memang jauh dari kehinaan namun juga kondisi mereka dalam keadaan sulit digambarkan untuk dikenangkan.
Dimuliakan, bagaimana sih gambaran manusia pada umumnya dalam hidup dalam kemuliaan? Justru sebaliknya, bukan permuliaan namun kondisi tidak semestinya mereka terima terlebih di akhir hidup mereka.
Kembali kepada Iran yang sedang berhadapan sebagai musuh dengan Israel, terhadap garis keturunan, dikenal sangat kuat dan dipegang teguh secara turun-temurun sebagai suatu kelompok yang berbeda dengan orang di luar mereka.
Secara agama, keduanya tentu memiliki keistimewaan, sebab yang berhak secara nasab lebih dekat. Meski bukan jaminan berbagai kebaikan, nasab dapat menjadi spiritualitas tersendiri yang membentuk mental dalam diri seperti tanggung jawab, pandangan masyarakat dan lain sebagainya.
Bagaimana tidak, identifikasi bahwa seseorang adalah keturunan Nabi tidak jarang menghasilkan sikap dan perlakuan bisa berbeda terhadap selainnya. Terlebih dalam pergaulan dengan orang yang tidak asing dengan keistimewaan keturunan atau nasab kenabian.
Sebab nasab bersifat primordial, maka tidak heran sikap pengistimewaan dalam berbagai bentuknya menjadi bagian pertimbangan termasuk dalam pergaulan di dalam bermasyarakat, berbangsa sampai bernegara.
Termasuk terhadap tiga fakta tersebut di atas, doktrin darah suci dalam ketegangan secara vis a vis antara Iran dan Israel, mungkin tidak sampai pada esensi atau inti dari hal berkaitan dengan nasab yaitu darah suci, menunjukkan eksistensi dan ‘power’ yang melekat dengan nasab atau keturunan Nabi berperan di berbagai bidang dalam kancah dunia.
Bukan yang pertama, namun peningkatan kesadaran kepada agama menjadi kondisi ke depan lebih baik, juga dalam menjaga keamanan dan ketertiban dunia (internasional).