PemerintahanTrending News

Di Edisi Ke-12 Bincang Kamisan, Jelang HUT RI Ke-80, NTB Bahas Makna Kemerdekaan di Era Kekinian

Mataram, (Rinjanipost) – Menyambut Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) menggelar Bincang Kamisan edisi ke-12 bertema “Memaknai Kemerdekaan Bagi NTB?”. Kegiatan ini berlangsung di Command Centre UPTD Pusat Layanan Digital Diskominfotik NTB, Kompleks Kantor Gubernur, pada Kamis (7/8).

Forum diskusi tersebut menjadi ajang refleksi bersama untuk melihat sejauh mana kemerdekaan yang diraih dengan pengorbanan para pahlawan telah diisi dengan pembangunan yang membawa manfaat nyata bagi masyarakat.

Guru Besar sekaligus Pakar Komunikasi UIN Mataram Prof. Kadri, menegaskan bahwa makna kemerdekaan harus diukur dari tingkat kesejahteraan dan kenyamanan hidup rakyat. “Secara politik kita sudah merdeka, tetapi masih ada tantangan besar. Angka kemiskinan di NTB masih di atas 11 persen, dan pengangguran mencapai 2,73 persen,” ujarnya.

Ia menilai, potensi daerah harus mampu memberi dampak langsung bagi kesejahteraan warga. Sinergi antara pemerintah dan rakyat menjadi kunci, disertai pola kepemimpinan yang terbuka dan komunikatif.

“Saya melihat gaya Gubernur dan Wakil Gubernur yang kerap turun langsung, tanpa protokoler kaku, menjadi contoh komunikasi setara dengan masyarakat,” tambahnya.

Prof. Kadri juga mengingatkan agar nilai Trisakti Bung Karno berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya tetap menjadi pedoman, sekaligus membentengi diri dari pengaruh negatif budaya asing di era digital.

Sementara itu, Pengurus Pepabri NTB, Mayor (Purn.) I Nyoman Dirga, menegaskan bahwa kemerdekaan adalah hasil perjuangan panjang yang harus dihargai dengan menjaga semangat kebangsaan. Ia mengajak masyarakat menerapkan filosofi Tri Hita Karana, menjaga keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan.

Menurutnya, pelestarian hutan, sumber mata air, dan kearifan lokal menjadi bagian penting untuk mempertahankan identitas bangsa di tengah arus globalisasi.

“Budaya lokal adalah benteng pertahanan dari pengaruh luar. Semangat merah putih harus selalu di atas segalanya,” tegasnya.

Diskusi yang dihadiri berbagai kalangan ini menegaskan bahwa kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari penjajahan, tetapi juga terwujudnya persatuan, kedaulatan, kesejahteraan, serta kelestarian budaya dan lingkungan. (Fen)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button