OpiniPendidikanSuara Mahasiswa

Opini: Bang Zul Bapak Pendidikan NTB yang Gagal (Halaman All)

Oleh: Arif Rahman*

Tulisan saya seri pertama (Part I) sudah mengulas panjang mengenai 3 kegagalan Bang Zul mengelola pendidikan di NTB.

Namun dalam tulisan kali ini saya akan kembali mengulas lebih dalam terkait kegagalan Bang Zul dalam mengurus Pendidikan SMA/SMK di NTB.

Pertama, Komersialisasi Pendidikan yang Ugal-ugalan

Sejak era Bang Zul memimpin NTB siswa SMA/SMK mulai membayar biaya pendidikan tiap bulan.

Kebijakan ini mulai diberlakukan tahun 2020 melalui Surat Keputusan Kepala Dinas mengenai pedoman pelaksanaan biaya penyelenggaraan pendidikan.

Lewat keputusan itu Bang Zul membebankan biaya penyelenggaraan pendidikan (BPP) kepada orang tua siswa SMA maksimal 150 ribu/bulan dan SMK 200 ribu/bulan. Kebijakan ini hanya tidak berlaku untuk siswa PKH dan penerima PIP.

Akrobat Bang Zul ini sangat memebani orang tua siswa. Hal ini dikonfirmasi oleh laporan Ombudsman tahun 2023 yang mengatakan bahwa ada beberapa orang tua yang melaporkan anaknya tidak bisa mengikuti ujian semester lantaran belum membayar BPP.

Bahkan siswa pemegang KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan surat keterangan tidak mampu dari Dinas Sosial tetap diminta untuk melunasi BPP sebagai syarat ujian semester.

Kekacauan yang dibuat Bang Zul ini tidak pernah terjadi di era TGB sebelumnya.

Zaman TGB tahun 2009 misalnya telah mengucurkan dana Rp80,561 miliar untuk pendidikan gratis SD/MI hingga SMU/SMK/MA di NTB

Namun khususnya periode kedua TGB getol mengurus SMA/SMK. Hal itu tidak terlepas mulai disahkan UU No 32 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Dimana kewenangan SMA/SMK beralih dari Pemkab ke Provinsi.

Lewat aturan itu TGB membuat kebijakan SMA/SMKN gratis untuk seluruh siswa di NTB.

Kedua, Mutu Pendidikan SMA/SMK NTB Buruk

5 tahun memimpin NTB Bang Zul nyatanya tidak mampu memperbaiki kualitas SMA/SMK di Bumi Gora.

Pada tahun pertama Bang Zul memimpin tepatnya 2019 kualitas pendidikan NTB berada di urutan 33 dari 34 Provinsi.

Data Kemendikbud 2019 menyebutkan dari 314 SMA yang ada di NTB hanya 26 SMA yang memiliki standar yang baik selebihnya di bawah standar.

Hal ini pun dibenarkan oleh Kepala Dikbud NTB saat itu Pak Rusman.

Tapi kemunduran SMA di NTB ini mungkin bisa dimaklumi sebab tahun 2018 NTB diguncang oleh Gempa hebat 7.0 SR.

Setidaknya banyak siswa diliburkan hingga bangunan sekolah hancur di Pulau Lombok.

Namun 1 tahun setelah itu Bang Zul mengeluarkan kebijakan BPP untuk menopang mutu pendidikan NTB lewat bantuan orang tua siswa.

4 tahun berjalan kebijakan itu nyatanya tidak membuat SMA/SMK NTB lebih baik.

Data Dikbud NTB 2023 misalnya menyebutkan dari 350 SMK yang ada ternyata 57 persen berakreditasi C bahkan tidak berakreditasi dan 43 persen sisanya telah terakreditasi A dan B.

Lebih jauh dari itu program Re- Engineering SMK yang digagas Bang Zul nyatanya membuat SMK menjadi penyumbang pengangguran terbuka terbanyak berdasarkan pendidikan di NTB yakni 8,24 persen.

Jadi saya rasa Bang Zul harus meminta maaf kepada rakyat NTB atas kegagalannya tersebut mengelola pendidikan di NTB.

*Penulis adalah Alumnus Beasiswa Unggulan Pemprov NTB 2022

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button